Di Indonesia, tercatat beberapa rumah tua dengan sejuta kisah di masa lampau yang kini berubah fungsi menjadi museum. Apa saja?
Rumah Jenderal Ahmad Yani
Bangunan yang berada di Jalan Lembang Nomor 58 D, Menteng, Jakarta Pusat, ini menjelma menjadi Museum Sasmita Loka. Bangunan ini merupakan salah satu di kawasan elit Menteng yang masih mengadopsi gaya art deco dengan ciri khusus pada ventilasi lebar.
Di dalamnya, beberapa barang milik keluarga Jenderal Ahmad Yani masih bisa kita lihat dengan utuh. Terbagi dalam beberapa ruangan seperti kamar tidur, kamar kerja, dan kamar untuk ajudan di bagian belakang rumah.
Rumah Inggit Garnasih
Bangunan di Jalan Ciateul Nomor 8, Bandung, ini merupakan bekas tempat berlindung bagi gerakan revolusi muda yang digulirkan oleh Soekarno. Berbagai diskusi yang terjadi di dalam rumah ini melahirkan Partai Nasional Indonesia.
Rumah berarsitektur panggung yang berdiri sejak 1920-an ini memiliki satu ruang tamu, satu ruang makan, dan tiga kamar tidur. Di bagian belakang, terdapat kamar mandi dan dapur.
Nama Inggit Garnasih lekat sebagai salah satu tokoh yang memiliki peranan besar dalam sejarah perjuangan Soekarno muda semasa masih menjadi mahasiswa teknik di kampus Technische Hogelschool (ITB) Bandung.
Rumah Jenderal AH Nasution
Terletak di Jalan Teuku Umar Nomor 40, Menteng, Jakarta Pusat, rumah ini sempat menjadi saksi bisu peristiwa kelabu G 30 S/PKI 45 tahun silam. Pada penghujung 2008, rumah dengan sejarah berlapis ini diresmikan oleh Presiden SBY sebagai Museum Sasmitaloka Jenderal Besar DR Abdul Haris Nasution.
Bekas kediaman resmi Jenderal Besar DR. Abdul Haris Nasution ini boleh dibilang mengadopsi gaya bangunan tropis yang banyak dibangun sejak zaman kolonialis Belanda. Berlapis lantai marmer dengan corak khas, bangunan ini masih mempertahankan kaca patri di pintu bangunan utama.
Bangunan ini memiliki tiga ruangan utama yang kini telah bertransformasi menjadi ruang visual bagi pengunjung museum. Di antaranya, kamar tidur milik sang jenderal yang pintunya sempat diberondong pasukan G 30 S/PKI, dan ruang koleksi senjata.
Di bagian belakang rumah, terdapat halaman luas yang digunakan sebagai garasi kendaraan. Terdapat pula paviliun di sebelah kanan rumah. Paviliun ini dahulu merupakan tempat tinggal para ajudan, salah satunya adalah Kapten Pierre Tendean yang menjadi korban G 30 S/PKI.
Berbagai perabotan dan perlengkapan yang tersimpan di rumah ini memang masih kental dengan nilai otentik sejarah yang menaunginya, salah satunya adalah seperangkat meja kerja yang digunakan sang jenderal sehari-hari.
Rumah Djiaw Kie Siong
Sepotong sejarah terjadi di Dusun Bojong, Rengasdengklok, Karawang pada pertengahan Agustus 1945. Di rumah milik seorang Tionghoa bernama Djiaw Kie Siong, sejumlah pemuda yang diwakili oleh Adam Malik, Chaerul Saleh dan Sukarni menyandera Bung Karno dan Bung Hatta agar segera memproklamasikan kemerdekaan.
Rumah berdinding kayu itu telah menjadi bagian dari sejarah panjang kemerdekaan Indonesia. Walau kini kondisinya kurang mendapat perhatian, di dalamnya masih tersimpan beberapa kisah sejarah. Di ruang tamunya kita akan menemukan foto sang pemilik rumah bersama Bung Karno.
sumber:http://kosmo.vivanews.com/news/read/204163-melongok-rumah-bersejarah-di-indonesia--ii-