Benteng Bawah Tanah

Gubernur Jenderal Van den Bosch adalah arsitek suatu gari pertahanan yang dinamakan menurut namanya, yakni Defensieljn van den Bosch. Garis pertahanan yang kemudian dinyatakan gagal karena kurang manfaatnya itu terbentang dari ujung selatan jalan Bungur Besar di belakang stasiun Senen, memanjang ke utara. Dari ujung yang utara itu garis petahanan membelah kea rah barat melalui Sawah Besar, Krekot, Gang Ketapang, kemudian membelok kea rah selatan melalui Petojosampai sebelah barat Lapangan Monas. Dari sini gari pertahanan itu masih di teruskan lagi sampai ke Tanah Abang, membelok ke timur melalui jalan Kebon Sirih, jembatan Prapatan dan Kramat Bunder.

Di pertigaan jalan Perwira Lapangan Banteng dulu, berdiri tugu Jendral Michels, perwira Belanda yang tewas dalam perang Lombok 1849. Tugu itu sudah di gusur.

Garis pertahanan van den Bosch punya hubungan dengan Bneteng Frederik Hendrik yang terletak di tengah-tengah Wilhelmina Park, tempat berdirinya masjid Istiqlal sekarang. Benteng Frederik Hendrik dibangun 1834, juga oleh Gubernur Jenderal Van den Bosch. Kabarnya benteng tua yang sudah lama di bongkar ini ada terowongan menuju Pasar Ikan. Bayangkan betapa panjangnya terowongan ini. Di aatas benteng Frederik Hendrik dipasang sebuah loceng besar. Lonceng yang meski sudah tua tetapi berjalan baik itu berada di bawah penilikan toko arloji milik orang belanda di Rijswijk. "Van Arken" nama toko itu.

Pintu Air di depan Wilhelmina Park (Istiqlal)

Di jaman penjajahan Belanda benteng Frederik Hendrik saing dan malam selalu di jaga tentara. Dari benteng ini tiap pukul 05.00 dan 20.00 selalu terdengar bunyi meriam. Maksud tembakan itu hanya sebagai tanda yang di tujukan bagi kalangan tentara saja.

monumen yang menandakan pahitnya perang Aceh bagi Belanda ini berdiri di Wilhelmina Park (Istiqlal)

Sumber: http://www.meriam-sijagur.com/index.php/benteng-bawah-tanah.html