Sisa-sisa Komet ISON Masih Ada di Luar Angkasa


Komet ISON sudah dipastikan menghilang setelah bersentuhan dengan matahari meski belum mencapai perihelion. Namun sisa-sisa objeknya tiba-tiba muncul di luar angkasa.

Komet ISON gagal menjadi komet paling terang abad ini setelah objeknya menghilang karena diduga hancur pasca bersinggungan dengan matahari dalam perjalanannya menuju perihelion, titik terdekat dari matahari.

Namun perkembangan terbaru menyebutkan, sisa-sisa komet tersebut yang tercatat berukuran sekitar 1,6 kilometer, masih bertahan hidup setelah bersinggungan dengan sang surya, demikian lansir Engadget.

Meski belum dapat dipastikan apakah masih dapat digolongkan sebagai komet, mari kita nantikan saja apa hasil penelitian selanjutnya dari para astronom terkait fenomena ini.
Read More....

Bakteri Jenis Baru Ditemukan di Markas NASA

HeadlineRuangan steril di markas NASA seharusnya bebas bakteri, namun justru bakteri jenis baru ditemukan di dalamnya. Seperti apa?

TheVerge melansir, bakteri jenis baru ditemukan di markas NASA, tepatnya berlokasi di ruangan 'clean room' yang seharusnya steril.

'Clean room' di NASA digunakan para pekerja menyiapkan pesawat, dan berbahai hal teknis lainnya.

Tahun 2009, para ilmuwan menemukan jenis bakteri baru dalam 'clean room' di Kennedy Space Center.

Kini bakteri tersebut telah dianalisis, dan menurut pihak Scientific American, bakteri itu masuk ke genus baru.

Bakteri yang dinamakan T Phoenicis tersebut kini sedang dievaluasi untuk turut diterbangkan di misi ke Planet Mars, untuk melihat apakah bisa bertahan di Planet Merah tersebut.


sumber:http://teknologi.inilah.com/read/detail/2051852/bakteri-jenis-baru-ditemukan-di-markas-nasa
Read More....

Sudah 44 Juta Bintang Terhitung Oleh Ilmuwan


Headline
Para ilmuwan sudah menghitung ada sebanyak 44 juta bintang di langit. Benarkah?
Direktur di ARC Centre of Excellence for All-sky Astrophysics (CAASTRO), Sydney, Profesor Bryan Gaensler beserta para koleganya menghitung bintang di langit dan memetakannya berdasarkan koleksi foto lama dan foto digital.

Dalam mengerjakan penelitian ini, Profesor Gaensler dibantu oleh Dr Greg Madsen dari Universitas Cambridge, Inggris.

Hasil penelitian yang baru dipublikasikan oleh The Astrophysical Journal Supplement Series ini sudah meliputi 35% tampilan langit dari Bumi, dan menggunakan data sejak 1949.

Kerja dari Profesor Gaensler dan Dr Madsen ini akhirnya sudah mengkatalogkan total 44 juta bintang yang terlihat dari Bumi.

"Terima kasih berkat algoritma dari komputer, kami sudah bisa menghitung jumlah bintang yang ada di langit, meski baru sedikit," ungkap Profesor Gaensler seperti dilansir PhysOrg.

sumber:http://teknologi.inilah.com/read/detail/2051887/sudah-44-juta-bintang-terhitung-oleh-ilmuwan
Read More....

Menghilang, Komet ISON Gagal jadi 'Komet Abad Ini'


Headline
Perjalanan komet ISON menuju matahari dipastikan berakhir setelah objeknya menghilang sebelum mencapai titik terdekat dari matahari atau perihelion.

Pada 28 November 2013 ketika ISON diprediksi mencapai perihelion atau berada pada jarak terdekat dengan matahari, komet tersebut seharusnya menjadi komet paling terang di abad ini.

Namun harapan para skywatcher dan astronom untuk menyaksikan pemandangan fantastis dari cahayanya akhirnya musnah setelah NASA dan ESA memastikan bahwa perjalanan panjang komet tersebut telah berakhir.

Dean Pesnell, ilmuwan dari Solar Dynamics Observatory milik NASA (SDO), memastikan bahwa mereka tidak melihat komet ISON di SDO.
"Kami pikir komet itu hancur dan menguap sebelum mencapai perihelion," jelasnya seperti dikutip TheRegister.

Badan Antariksa Eropa (ESA) juga telah memberikan penjelasan bahwa ilmuwan mereka mengonfirmasi komet ISON telah menghilang.

Sebelumnya, ISON bahkan diperkirakan bisa bercahaya seterang bulan jika berhasil mencapai perihelion, dan jika saja matahari tidak menghancurkannya pada periode tersebut, orbitnya akan membawa ISON melewati Bumi pada Januari 2014.

Dengan demikian ini mengakhiri salah satu insiden paling menarik dan paling dinanti dalam sejarah tata surya sekaligus mengingatkan kita bahwa kita tidak bisa memprediksi apa yang bakal terjadi di alam semesta.

Bagaimanapun, menghilangnya komet ISON tanpa meninggalkan jejak juga menambah misteri yang terus mengelilinginya, mengingat objeknya sering disebut sebenarnya bukanlah sebuah komet, melainkan sebuah entitas asing tak dikenal atau bahkan pesawat UFO. 
sumber:http://teknologi.inilah.com/read/detail/2051772/menghilang-komet-ison-gagal-jadi-komet-abad-ini
Read More....

Ilmuwan Temukan Udang Tengkorak Transparan


HeadlinePara ilmuwan telah menemukan jenis baru udang yang tengkorak dan kerangkanya terlihat transparan. Seperti apa?
Sekelompok ilmuwan AS menemukan udang jenis baru dengan kerangka transparan di dalam sebuah gua di pantai Catalina Island, wilayah California, demikian laporanIndependent.

Udang yang memiliki nama latin Liropus Minusculus tersebut ukurannya memang kecil, namun wujudnya cukup mengerikan.

Adalah para ilmuwan dari University of Seville yang pertama kali menemukan udang aneh tersebut.

Dari bentuk dan wujudnya, terlihat kalau udang ini hidup di perairan dalam dan wilayah gelap. 

sumber:http://teknologi.inilah.com/read/detail/2050854/ilmuwan-temukan-udang-tengkorak-transparan
Read More....

Pria ini Ciptakan Bola Dunia yang Bisa Memprediksi Bencana


Representatif Earth Literacy Program, Takemura Shinichi mampu menciptakan bola dunia yang nyata atau 'Tangible Earth' yang mampu memprediksi terjadinya bencana di suatu daerah tertentu dengan membaca data-data yang ada sebelumnya. Menurut Takemura, bola dunia 'Tangible Earth' ini dapat dioperasikan dengan sentuhan tangan, dan berukuran 1/10 juta dari ukuran aktual bumi (1,28 m). 
Alat ini dapat digunakan untuk mengamati kondisi bumi secara real time (dengan internet), melakukan simulasi pemanasan global, dan mengamati dinamika bumi, termasuk rute migrasi fauna di dunia seperti paus, burung, dan lainnya.
"Tangible Earth merupakan sebuah bola dunia yang menampilkan kondisi bumi secara visual yang dioperasikan dengan sentuhan tangan," kata Takemura di Balai Sidang Universitas Indonesia (UI) Depok, Senin (25/11).
Selain itu alat tersebut katanya dapat mendeteksi dinamika bumi dari berbagai sudut pandang dan dapat menerima data baru selain 60 jenis data yang telah terprogram sebelumnya, seperti simulasi pemanasan global, topan, tsunami, dan pergerekan burung di dunia.
'Tangible Earth' juga katanya dapat digunakan untuk mengetahui keberbagai belahan dunia dan dapat disambungkan dengan mikrofon di lokasi tersebut untuk mendengarkan suara serangga maupun burung yang ada di daerah tersebut.
Ke depannya, Takemura berencana untuk menambahkan tidak hanya fenomena alam melainkan juga fenomena sosial ekonomi seperti persebaran penduduk, kepadatan penduduk, konsumsi energi, dan lainnya.
Seminar dihadiri oleh pencipta 'Tangible Earth' yang juga Representatif Earth Literacy Program Takemura Shinichi, Rektor UI Prof Dr Muhammad Anis, MMet beserta ratusan mahasiswa Eco Leaders, dan mahasiswa UI maupun perguruan tinggi lainnya.
Sementara itu, General Manager Human Resources Division IT Division Sudarmadi Salim mengatakan bahwa pihaknya telah memasang 1 unit Tangible Earth di AEON Mall Lake Town, Jepang, yang telah digunakan untuk berbagai kegiatan terkait dengan penanganan masalah lingkungan di dunia.
"Di dunia ini baru ada 20 unit 'Tangible Earth' yang telah dipasang di PBB, dan di berbagai kota dunia seperti Dubai, New York, dan Denmark," ujarnya.
Menurut dia, di Asia Tenggara belum ada yang memasang peralatan 'Tangible Earth' ini. Harga peralatan tersebut mencapai 40.000 dolar Amerika Serikat. Dia mengatakan bahwa peralatan tersebut mulai dirintis pada tahun 1997 dan dirilis pertama pada tahun 2002.
"Sekarang ini versi terbaru 'Tangible Earth' yang sudah disempurnakan darai sebelumnya," katanya.
Rektor UI Muhammad Anis mengatakan bahwa UI mendukung berbagai kegiatan yang dapat memicu kesadaran mahasiswa mengenai masalah lingkungan. "Dengan mengetahui 'Tangible Earth' ini dapat menambah pemahaman mahasiswa mengenai pemanfaatan alat teknologi tinggi sebagai bagian dari ilmu pengetahuan," kata Anis.
Seminar dihadiri oleh pencipta 'Tangible Earth' yang juga Representatif Earth Literacy Program Mr Takemura Shinichi, Rektor UI Prof Dr Muhammad Anis, M.Met beserta ratusan mahasiswa Eco Leaders, dan mahasiswa UI maupun perguruan tinggi lainnya.
[ded]
                         




sumber:http://edan77.blogspot.com/2013/11/pria-ini-ciptakan-bola-dunia-yang-bisa.html
Read More....

Pria ini Ciptakan Bola Dunia yang Bisa Memprediksi Bencana


Representatif Earth Literacy Program, Takemura Shinichi mampu menciptakan bola dunia yang nyata atau 'Tangible Earth' yang mampu memprediksi terjadinya bencana di suatu daerah tertentu dengan membaca data-data yang ada sebelumnya. Menurut Takemura, bola dunia 'Tangible Earth' ini dapat dioperasikan dengan sentuhan tangan, dan berukuran 1/10 juta dari ukuran aktual bumi (1,28 m). 
Alat ini dapat digunakan untuk mengamati kondisi bumi secara real time (dengan internet), melakukan simulasi pemanasan global, dan mengamati dinamika bumi, termasuk rute migrasi fauna di dunia seperti paus, burung, dan lainnya.
"Tangible Earth merupakan sebuah bola dunia yang menampilkan kondisi bumi secara visual yang dioperasikan dengan sentuhan tangan," kata Takemura di Balai Sidang Universitas Indonesia (UI) Depok, Senin (25/11).
Selain itu alat tersebut katanya dapat mendeteksi dinamika bumi dari berbagai sudut pandang dan dapat menerima data baru selain 60 jenis data yang telah terprogram sebelumnya, seperti simulasi pemanasan global, topan, tsunami, dan pergerekan burung di dunia.
'Tangible Earth' juga katanya dapat digunakan untuk mengetahui keberbagai belahan dunia dan dapat disambungkan dengan mikrofon di lokasi tersebut untuk mendengarkan suara serangga maupun burung yang ada di daerah tersebut.
Ke depannya, Takemura berencana untuk menambahkan tidak hanya fenomena alam melainkan juga fenomena sosial ekonomi seperti persebaran penduduk, kepadatan penduduk, konsumsi energi, dan lainnya.
Seminar dihadiri oleh pencipta 'Tangible Earth' yang juga Representatif Earth Literacy Program Takemura Shinichi, Rektor UI Prof Dr Muhammad Anis, MMet beserta ratusan mahasiswa Eco Leaders, dan mahasiswa UI maupun perguruan tinggi lainnya.
Sementara itu, General Manager Human Resources Division IT Division Sudarmadi Salim mengatakan bahwa pihaknya telah memasang 1 unit Tangible Earth di AEON Mall Lake Town, Jepang, yang telah digunakan untuk berbagai kegiatan terkait dengan penanganan masalah lingkungan di dunia.
"Di dunia ini baru ada 20 unit 'Tangible Earth' yang telah dipasang di PBB, dan di berbagai kota dunia seperti Dubai, New York, dan Denmark," ujarnya.
Menurut dia, di Asia Tenggara belum ada yang memasang peralatan 'Tangible Earth' ini. Harga peralatan tersebut mencapai 40.000 dolar Amerika Serikat. Dia mengatakan bahwa peralatan tersebut mulai dirintis pada tahun 1997 dan dirilis pertama pada tahun 2002.
"Sekarang ini versi terbaru 'Tangible Earth' yang sudah disempurnakan darai sebelumnya," katanya.
Rektor UI Muhammad Anis mengatakan bahwa UI mendukung berbagai kegiatan yang dapat memicu kesadaran mahasiswa mengenai masalah lingkungan. "Dengan mengetahui 'Tangible Earth' ini dapat menambah pemahaman mahasiswa mengenai pemanfaatan alat teknologi tinggi sebagai bagian dari ilmu pengetahuan," kata Anis.
Seminar dihadiri oleh pencipta 'Tangible Earth' yang juga Representatif Earth Literacy Program Mr Takemura Shinichi, Rektor UI Prof Dr Muhammad Anis, M.Met beserta ratusan mahasiswa Eco Leaders, dan mahasiswa UI maupun perguruan tinggi lainnya.
[ded]
                         




sumber:http://edan77.blogspot.com/2013/11/pria-ini-ciptakan-bola-dunia-yang-bisa.html
Read More....

Pria ini Ciptakan Bola Dunia yang Bisa Memprediksi Bencana


Representatif Earth Literacy Program, Takemura Shinichi mampu menciptakan bola dunia yang nyata atau 'Tangible Earth' yang mampu memprediksi terjadinya bencana di suatu daerah tertentu dengan membaca data-data yang ada sebelumnya. Menurut Takemura, bola dunia 'Tangible Earth' ini dapat dioperasikan dengan sentuhan tangan, dan berukuran 1/10 juta dari ukuran aktual bumi (1,28 m). 
Alat ini dapat digunakan untuk mengamati kondisi bumi secara real time (dengan internet), melakukan simulasi pemanasan global, dan mengamati dinamika bumi, termasuk rute migrasi fauna di dunia seperti paus, burung, dan lainnya.
"Tangible Earth merupakan sebuah bola dunia yang menampilkan kondisi bumi secara visual yang dioperasikan dengan sentuhan tangan," kata Takemura di Balai Sidang Universitas Indonesia (UI) Depok, Senin (25/11).
Selain itu alat tersebut katanya dapat mendeteksi dinamika bumi dari berbagai sudut pandang dan dapat menerima data baru selain 60 jenis data yang telah terprogram sebelumnya, seperti simulasi pemanasan global, topan, tsunami, dan pergerekan burung di dunia.
'Tangible Earth' juga katanya dapat digunakan untuk mengetahui keberbagai belahan dunia dan dapat disambungkan dengan mikrofon di lokasi tersebut untuk mendengarkan suara serangga maupun burung yang ada di daerah tersebut.
Ke depannya, Takemura berencana untuk menambahkan tidak hanya fenomena alam melainkan juga fenomena sosial ekonomi seperti persebaran penduduk, kepadatan penduduk, konsumsi energi, dan lainnya.
Seminar dihadiri oleh pencipta 'Tangible Earth' yang juga Representatif Earth Literacy Program Takemura Shinichi, Rektor UI Prof Dr Muhammad Anis, MMet beserta ratusan mahasiswa Eco Leaders, dan mahasiswa UI maupun perguruan tinggi lainnya.
Sementara itu, General Manager Human Resources Division IT Division Sudarmadi Salim mengatakan bahwa pihaknya telah memasang 1 unit Tangible Earth di AEON Mall Lake Town, Jepang, yang telah digunakan untuk berbagai kegiatan terkait dengan penanganan masalah lingkungan di dunia.
"Di dunia ini baru ada 20 unit 'Tangible Earth' yang telah dipasang di PBB, dan di berbagai kota dunia seperti Dubai, New York, dan Denmark," ujarnya.
Menurut dia, di Asia Tenggara belum ada yang memasang peralatan 'Tangible Earth' ini. Harga peralatan tersebut mencapai 40.000 dolar Amerika Serikat. Dia mengatakan bahwa peralatan tersebut mulai dirintis pada tahun 1997 dan dirilis pertama pada tahun 2002.
"Sekarang ini versi terbaru 'Tangible Earth' yang sudah disempurnakan darai sebelumnya," katanya.
Rektor UI Muhammad Anis mengatakan bahwa UI mendukung berbagai kegiatan yang dapat memicu kesadaran mahasiswa mengenai masalah lingkungan. "Dengan mengetahui 'Tangible Earth' ini dapat menambah pemahaman mahasiswa mengenai pemanfaatan alat teknologi tinggi sebagai bagian dari ilmu pengetahuan," kata Anis.
Seminar dihadiri oleh pencipta 'Tangible Earth' yang juga Representatif Earth Literacy Program Mr Takemura Shinichi, Rektor UI Prof Dr Muhammad Anis, M.Met beserta ratusan mahasiswa Eco Leaders, dan mahasiswa UI maupun perguruan tinggi lainnya.
[ded]
                         




sumber:http://edan77.blogspot.com/2013/11/pria-ini-ciptakan-bola-dunia-yang-bisa.html
Read More....

5 Aplikasi BBM Dalam Satu Smartphone


kan baru baru ini android mengeluarkan aplikasi BBM for Android & Iphone 


tapi masih banyak yang belum tau kalo pengguna BBM for android & Iphone bisa mempunyai 5 aplikasi BBM dalam 1 smartphonenya, dan kelima aplikasi nya memiliki 5 pin yang berbeda. kalo agan agan sekalian pengen punya pin BBM lebih dari satu terutama buat para playboy / playgirl dan juga para pedagang online juga bermanfaat loh gan ini ane kasih tau link nya download nya.





Bebelum download dari link di atas jangan lupa agan agan buat Blackberry ID nya dulu jadi
kalo nongol gambar kayak di bawah 







selesai deh  



Read More....